rss

May 3, 2010

Cermin Politik

Ilustrasi: repro
Oleh : Maimun Panga

Islam memiliki politik yang indah dan membangun dengan motode mengatur kepemilikan berdasarkan kebebasan, melindungi kepentingan umum, keadilan sosial dan menciptakan ketenangan seluruh masyarakat. Dengan mempertimbangkan tujuan dasar hidup dalam timbangan persaudaraan, semua bangsa sama. Karena al-Quran mengatakan bahwa, “Tolong menolonglah dalam berbuat kebaikan dan takwa. Janganlah bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.”
Keistimewaan suku dan ras sosial harus disingkirkan. Karena, semua itu bukan ukuran. Sebab yang paling mulia dalam pandangan Allah Swt adalah yang paling takwa di antara kalian.

Aristoteles yang sering di juluki sebagai perintis ilmu politik, dalam nichomachaen ethics menyebutkan, politik merupakan ilmu yang paling tinggi kedudukannya di banding ilmu-ilmu lainnya. Alasan utamanya karena tujuan dan target akhir politik ialah bagaimana menyelenggarakan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang sehat, sehingga semua warga Negara merasa dilindungi dan di bela hak-haknya untuk tumbuh menjadi pribadi yang sehat sesuai bakatnya. Oleh karena sasaran akhir mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, maka menurut aristoteles, semua cabang ilmu lain bersifat melayani ilmu politik dan aktivitasnya.

Berdasarkan logika ini, para filosof yunani kuno umumnya memandang politik sebagai seni dan ilmu yang sangat terhormat dan para politisi harus memiliki kualitas moral dan intelektual tinggi. Bila politisi tidak bermoral dan tidak memiliki kapasitas intelektual, mana mungkin mareka bisa mendidik dan mendesain masyarakat agar hidup dan berkembang menjadi masyarakat yang beradab.

Memang ada pujian dan tidak luput juga dari kritikan terhadap aristoteles yang memandang politik begitu indah dan terhormat. Salah satu ciri pemikiran yunani kuno adalah menganalogkan dan mengidealkan kehidupan social dengan hukum dan ritme alam. Alam raya ini bertahan karena setia mengikuti hukum-hukumnya sehingga realita alam disebut kosmos, yaitu kehidupan yang serba indah dan teratur.

Meski demikian, dari sisi naluri emosional, salah satu aspek yang permanent menurut Thomas hobbes (1588-1679), manusia adalah serigala bagi yang lain. Jika dalam kondisi lapar dan terancam, ia tak akan segan-segan menikam lawannya. Sikap bersahabat sesungguhnya bukan watak dasar manusia, katanya. Persahabatan selalu bersifat sesaat dan itu berlangsung jika masing-masing merasa saling di untungkan dan saling takut untuk menyerang yang lain. Namun ketika yang satu sudah merasa di atas angin, ia akan menggertak yang lain. Menurut Nietzsche(1844-1900), naluri yang tak pernah padam adalah kehendaknya untuk berkuasa. Duduk dalam singgasana kekuasaan adalah suatu kebahagiaan,kenikmatan dan kepuasan tersendiri.

Begitulah, melihat kenyataan panggung politik selama ini, yang tidak seindah sebagaimana di bayangkan dan diteorikan para filosof klasik. Maka penegakan demokrasi dan advokasi terhadap hak-hak asasi manusia menjadi sejarah yang tidak pernah padam. Romantisme politik yang di bayangkan Rousseau (1712-1778) kini mulai diapresiasikan masyarakat modern. Modernisasi, kata rousseau, telah merenggut kekayaan dan ketenangan batin manusia sehingga kehidupan menjadi hiruk-pikuk, pengap, dan dimana-mana terjadi perebutan dan perkelahian untuk memuaskan nafsu pemilikan yang tak kenal batas. Dimana-mana ditemukan paradoks, krisis dan ironi, yang lahir dari “modernisasi” dan “ pembangunan”.

Meminjam istilah Habermas, salah satu model yang perlu di kembangkan dalam merespon krisis modernitas adalah apa yang disebut paradigm. Kata merujuk pada actor bahwa tiap individu dan kelompok adalah bagian dari sebuah entitas social yang tidak bisa di pisahkan. Kekuatan utama yang memelihara dan membangun kohesivitas sosial adalah komunikasi bahasa yang di sampaikan secara rasioanal dan mudah di pahami, sehingga masyarakat tahu arah wacana yang berkembang.

Oleh karena itu, menjadi agenda penting bagi elit politik dan pemimpin bangsa adalah mengembangkan keberadaan politik (political civility) berupa wacana dan komunikasi politik yang konstruktif, inspiring,, santun dan mendekatkan pada penyelesaian masalah.

Dengan alur logika itu, kita sering merasakan, wacana dan komunikasi politik yang di kembangkan para elit politik sering tidak rasioanal, sehingga masyarakat sulit menyikapi secara santun dan partispatif. Rasionalitas yang di kembangkan adalah apa yang oleh Habermas disebut strategic rationality, yaitu rasionalitas “akal-akalan” untuk memperjuangkan kepentingan diri dengan cara menjatuhkan pihak yang lain.

Sebuah komunikasi yang sehat adalah yang bersifat emansipatoris rationality, komunikasi yang jujur, rasional dan memberi peluang bagi siapapun untuk berpartispasi membangun wacana yang sehat seraya menjauhkan kehendak untuk menang sendiri.

Dalam psikologi komunikasi dikenal tiga macam cara menyampaikan gagasan, yaitu: seseorang menyampaikan gagasan namun selalu menimbulkan korban karena ada pihak yang merasa di serang oleh pernyataannya. Komunikasi agresif adakalanya diperlukan, namun jika terlalu sering akan memperbanyak lawan sehingga berimplikasi memperbesar persoalan, bukannya penyelesaian. Permisif, orang yang selalu bersikap kalah dan mengalah sehingga memungkinkan orang lain untuk menginjak-injak haknya.

Asertif, yaitu, sesorang mengkomunikasikan pikiran-pikirannya secara jelas dan tegas, akan tetapi tidak ada pihak yang merasa di sakiti dan di rendahkan. Bagi masyarakat yang beradad, permainan politik dapat dilihat dari permainan sepak bola. Karena keduanya tentu punya beberapa kesamaan yang fundamental. Teori Thomas hobbes dan Nietzsche tentang naluri manusia untuk menang dan berkuasa atas yang lainnya merupakan motor penggerak ketika sesorang bertanding, Baik dalam sepak bola maupun dalam pertarungan politik bertujuan memperebutkan kemenangan untuk kekuasaan.

Dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan, hubungan antara agama dan politik jelas memiliki suatu keterkaitan, namun tetap harus dibedakan. Satu pihak, masyarakat agama memiliki kepentingan mendasar agar agama tidak dikotori oleh kepentingan politik, karena bila agama berada dalam dominasi politik, maka agama akan sangat mudah diselewengkan. Akibatnya agama tidak lagi menjadi kekuatan pembebas atas berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan, sebaliknya agama akan berkembang menjadi kekuatan yang menindas dan kejam.

Di pihak lain, adalah kewajiban moral agama untuk ikut mengarahkan politik agar tidak berkembang menurut seleranya sendiri yang bisa membahayakan kehidupan. Agar agama dapat menjalankan peran moral tersebut, maka agama harus dapat mengatasi politik, bukan terlibat langsung ke dalam politik praktis. Karena bila agama berada di dalam kooptasi politik, maka agama akan kehilangan kekuatan moralnya yang mampu mengarahkan politik agar tidak berkembang menjadi kekuatan yang menekan kehidupan dan menyimpang dari batas-batas moral dan etika agama, masyarakat, dan hukum.

Dalam konteks keterkaitan ilmiah, maka hubungan antara agama dan politik harus kita waspadai sehingga ia tidak sampai berjalan pada posisi yang salah. Salah satu ukuran atau kunci yang paling mudah dikenali agar kita dapat menarik batas yang mana politik yang harus dihindari sehingga kita tidak terjebak ke dalam arus politik kotor, Artinya politik yang harus dihindari adalah politik yang menyangkut perebutan kekuasaan melalui penggunaan kekerasan, termasuk dengan memperalat orang lain atau suatu organisasi, apalagi bila sudah menggunakan simbol-simbol agama yang bisa sangat menyesatkan.

Jadi, agama secara moral dan politis berada pada posisi yang benar pada saat agama tidak menjadi alat untuk memperebutkan atau mempertahankan status quo kekuasaan. Sehingga pada saat agama mengarah kepada politik kekuasaan, pada saat itulah agama dalam posisi yang salah dan berbahaya. Jadi ada 2 hal keterkaitan yang menjadi wacana per-diskusian, pertama bagaimana agama dapat membentengi diri mereka dari setiap kecenderungan/kekuatan politik yang berkembang di sekitar, sehingga agama dapat tetap menjadi kekuatan pembebas dan bukan sebaliknya menjadi yang dibebaskan atau pencipta masalah karena telah terdistorsi oleh kekuatan-kekuatan politik tersebut. Kedua bagaimana agama dapat memainkan peran moral mereka untuk ikut mengarahkan politik agar tidak berkembang menjadi kekuatan yang menyimpang dan menekan kehidupan.

Tetapi kedua hal di atas hanya dapat berjalan dengan baik bila kita memiliki pemahaman yang cukup mendalam atas setiap proses politik yang berjalan. Tanpa adanya pemahaman atas proses politik, sulit bagi kita untuk membentengi diri karena proses pemahaman tersebut akan menimbulkan kepekaan nurani pada saat politik berjalan pada arah yang salah, sekaligus menimbulkan suatu perencanaan bagaimana arah politik yang seharusnya dan diharapkan, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang menjadi keyakinan kita, baik menyangkut rasa keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.

Sebaliknya, kebutaan kita atas persoalan politik akan membuat kita begitu mudah dibodohi oleh kepentingan-kepentingan dan muatan-muatan politik yang tidak jelas arahnya. Jadi usaha agar agama tidak dikotori dan diberi muatan politik tidak berarti agama harus mengalami pendangkalan fungsinya sebagai agen pembebas. Justru pemahaman atas proses politik diperlukan karena agama memiliki peranan yang penting agar nilai-nilai moral dan spiritual mampu memberikan muatan bagi politik, bukan sebaliknya. Selain itu, saat ini pemahaman atas sistem politik, baik yang menyangkut masalah ekonomi maupun sosial menjadi semakin penting. karena berbicara mengenai bagaimana kita memahami penderitaan, untuk kemudian memahami sebab dan jalan untuk mengatasinya, kita akan kehilangan akarnya bila tidak sanggup lagi berbicara dan peduli dengan penderitaan dunia saat ini yang sudah sedemikian kompleks.

Naluri primitive yang agresif dan destruktif itu dalam masyarakat beradab, missal sepak bola memperoleh sublimasidan rasionalisasi sehingga berubah menjadi sebuah festival yang mencakup berbagi dimensi seperti unjuk kecerdasan berupa taktik dan tipu muslihat, baik dalam menyerang maupun bertahan diri, keindahan dan kecepatan gerak, ekpose desaian kostum, mobilisasi supporter, juga bisnis. Dalam pertarungan sepak bola target akhir adalah “membunuh” lawan, namun “pembunuhan” itu disublimasikan dalam bentuk membobol gawang lawan dengan menghujam “senjata” gol.

Meski tiap pertandingan ada yang “kalah” dan “menang” masing-masing di harapkan bersikap ksatria dan sportif karena permainan berlangsung terbuka, aturan main jelas, ada wasit yang adil dan berwibawa, dan mata public ikut mengawasi. Siapapun pemain atau wasit yang curang sama dengan membunuh karir sendiri dan akan di kutuk public.

Maka jangan heran jika elit politik juga menjadi tokoh olah raga. Pertanyaan akhir adalah bagaimana kualitas persepakbolaan di nusantara ini? Bagaimana kualitas pemain, kualitas wasit, sikap sopporter, juga mental pengurus?, jika ini terus terjadi maka menjadi benar apa kata Muladi SH tempo doeloe bahwa, parpol sebagai sumber konflik. Semoga pilpres 2009 akan membawa perubahan…. Amin.

Penulis adalah warga pergerakan PMII Aceh saat ini menjabat Direktur Eksekutif Aceh Jaya Institute.

0 komentar on "Cermin Politik"

Post a Comment

Tulis Komentar Sahabat

Haba Pergerakan

Hai semua!!!

Kok bengong aja ni? Tak tahu mau ngerjain apa ya? Makanya gabung nulis di situs pergerakan. Tak ada ruginya deh kalau sahabat-sahabat sering buka situs ini, karena di sini tempat kita untuk berbagi. Seperti yang satu ini.

Bagi sahabat-sahabat pergerakan yang mau nambah uang saku tuk bantu kurangin beban ortu di kampung, ada info menarik nie. Mau tahu? Makanya gaul dong sesama warga pergerakan.

Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh membutuhkan tenaga untuk membantu pengerjaan supply buku. Jumlah bukunya sekitar 80 ribu eksamplar. Honornya juga lumayan lho.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi sahabat Nazarullah atau datang aja ke Mabes PMII Aceh setiap hari dan malamnya. Kalau mau sich!!

Lowongan Tempat Tinggal Gratis


Sahabat-sahabat warga pergerakan PMII Aceh yang saat ini menghabiskan banyak biaya untuk bayar kos, PMII Aceh menawarkan tempat tinggal GRATIS untuk sahabat-sahabat semua. Dengan fasilitas dua kamar tidur di lantai II, air PDAM dan sumur, listrik dan tiga kamar mandi.

Bagi sahabat-sahabat yang berminat dapat menghubungi Sekretaris Umum PMII Aceh atau datang langsung ke Mabes PMII Aceh setiap hari dan malamnya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Ingat, kesempatan ini dibatasi untuk 4 warga pergerakan.

"Zikir, Fikir dan Amal Shaleh"