Oleh: Muttaqin Syarifuddin
Begitulah halnya yang terjadi di dalam pengkaderan yang rutin kita lakukan, tetapi hasilnya belum signifikan. Dari 100 orang yang kita kader di setiap pengkaderan, hanya sekitar 10 persen atau 10 orang yang benar-benar jadi kader. Itu memang tidak bisa kita pungkiri dan memandang sebelah mata, akan tetapi itulah kenyataan yang terjadi di dalam pengkaderan. Bukan hanya di organisasi PMII saja, tapi hal tersebut terjadi hampir di seluruh organisasi yang ada di Aceh khususnya.
Apakah ini karena dampak dari lingkungan kita? Jawabannya tentu tergantung darimana anda menilai dan melihat, yang pastinya berbeda antara satu dengan lainnya. Kondisi tersebut tidaklah membuat kita putus asa, tapi terus memaksa kita untuk berpikir agar bisa menciptakan pola pengkaderan yang mapan. Memang, keluhan pendanaan seringkali menjadi faktor (yang kita sebut kendala), tapi bukan itu hal utama.
Kekayaan materi sering kali dipandang sebagai standar kesuksesan. Namun kenyataannya, tidak sedikit orang yang kaya materi tidak bahagia kehidupannya. Jika kita punya cita-cita menghasilkan kekayaan yang berlimpah, boleh boleh saja. Namun, apa artinya semua materi yang kita dapatkan, jika kita harus kehilangan kebahagiaan dari orang-orang yang kita cintai seperti keluarga dan sahabat? Apalagi alasan untuk mengejar semua keinginan itu lahir dari perasaan iri atau tidak mau kalah dengan orang lain, sehingga akan memunculkan pemaksaan di luar kemampuan kita, yang pada akhirnya membuat kita menderita. Maka, jangan paksakan sesuatu yang tidak pantas dipaksakan kalau hanya penyesalan dan penderitaan yang akan kita alami.
Mari sahabat-sahabat, tetaplah berjuang dan bekerja keras mewujudkan impian kita! Namun gunakan cara positif dan pola pikir yang benar dan seimbang, agar hidup bisa lebih bermakna bersama dengan keluarga dan orang-orang yang kita cintai.
Penulis adalah mantan Ketua I (Bidang Internal) PC. PMII Kota Banda Aceh periode 2009/2010
0 komentar on "Coretan Tercecer"
Post a Comment
Tulis Komentar Sahabat